Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan
audit guna memperoleh kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan
telah bebas dari salah saji yang material, apakah itu disebabkan oleh
kekeliruan ataupun kecurangan. Auditor tidak bertanggung jawab untuk mendeteksi
salah saji yang tidak material.
Salah Saji yang Material vs Tidak
Material
Tingkat materialitas diukur dari
kemungkinan salah saji atas laporan keuangan untuk mempengaruhi atau bahkan
mengubah keputusan pengguna laporan keuangan. Auditor bertanggung jawab untuk
memperoleh kepastian yang layak bahwa ambang batas materialitas telah dipenuhi.
Sedangkan untuk menemukan semua salah saji yang tidak material memerlukan biaya
yang sangat besar, tidak sejalan dengan prinsip cost-benefit.
Kepastian yang Layak
Kepastian yang layak adalah tingkat
kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa laporan keuangan telah bebas
dari salah saji yang material. Konsep ini menunjukkan bahwa auditor bukanlah
penjamin atau pemberi garansi atas kebenaran laporan keuangan. Jadi kemungkinan
salah saji yang material tidak ditemukan dapat terjadi.
Alasan auditor bertanggung jawab
atas kepastian yang layak:
o Bukti audit diperoleh dengan cara
sampling
o Auditor mengandalkan bukti audit
yang persuasif, tetapi tidak meyakinkan. Hal ini disebabkan karena penyajian
akuntansi mengandung estimasi yang kompleks, yang melibatkan sejumlah
ketidakpastian serta dapat dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa di masa depan.
o Laporan keuangan yang disusun
dengan penuh kecurangan seringkali tidak mungkin untuk dideteksi oleh auditor.
Pembelaan auditor jika salah saji
yang material tidak terungkap adalah melaksanakan audit sesuai dengan standar
auditing.
Kekeliruan (Error) vs Kecurangan
(Fraud)
Kekeliruan adalah salah saji dalam
laporan keuangan yang tidak disengaja, sementara kecurangan adalah salah saji
yang disengaja. Keduanya dapat bersifat material maupun tidak material.
Kecurangan dapat dibedakan menjadi
misaprosiasi aktiva (penyalahgunaan/kecurangan karyawan) dan pelaporan keuangan
yang curang (kecurangan manajemen).
Skeptisme Profesional
Agar auditing dapat memberikan
kepastian yang layak untuk mendeteksi kekeliruan ataupun kecurangan, maka
auditing harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisme
profesional, yaitu sikap yang penuh dengan keingintahuan serta penilaian kritis
atas bukti audit.
Kecurangan yang Berasal dari
Pelaporan Keuangan yang Curang vs Misaprosiasi Aktiva
Pelaporan keuangan yang curang akan
merugikan pemakai karena menyediakan informasi laporan keuangan yang tidak
benar untuk membuat keputusan sedangkan misaprosiasi aktiva akan mengakibatkan
pemegang saham, kreditor, serta pihak lainnya mengalami kerugian karena aktiva
tersebut tidak lagi menjadi milik pemiliknya yang sah.
The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing
Practices Board, ditahun 1980, memberikan ringkasan (summary) tanggung
jawab auditor:
§ Perencanaan, Pengendalian dan
Pencatatan. Auditor
perlu merencanakan, mengendalikan dan mencatat pekerjannya.
§ Sistem Akuntansi. Auditor harus mengetahui dengan
pasti sistem pencatatan dan pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.
§ Bukti Audit. Auditor akan memperoleh bukti
audit yang relevan dan reliable untuk memberikan kesimpulan rasional.
§ Pengendalian Intern. Bila auditor berharap untuk
menempatkan kepercayaan pada pengendalian internal, hendaknya memastikan dan
mengevaluasi pengendalian itu dan melakukan compliance test.
§ Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang
Relevan. Auditor
melaksanakan tinjau ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam
hubungannya dengan kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang
didapat, dan untuk memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan
keuangan.
SUMBER: